PEPTIDA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Asam amino merupakan senyawa
organik yang memiliki gugus fungsional Peptida merupakan gabungan dari dua
molekul asam amino atau lebih membentuk suatu senyawa yang dihubungkan melalui
ikatan peptida. Ikatan peptida dibentuk melalui penghilangan molekul air (H2O)
dan penggabungan gugus karboksilat dari suatu asam amino dengan gugus amina
dari asam amino lainnya.
Bila dua
asam amino bergabung melalui ikatan peptida molekul yang terbentuk dinamakan
dipeptida. Bila terbentuk dari tiga molekul asam amino dinamakan tripeptida,
dan selanjutnya, bila terbentuk dari delapan molekul asam amino membentuk
oktapeptida. Bila terbentuk dari banyak molekul asam amino dinamakan
polipeptida.
Unit asam amino di dalam peptida
biasannya disebut residu (rantai ini bukan lagi merupakan asam amino karena
telah kehilangan atom hidrogen dari gugus amino dan sebagian gugus
karboksilnya). Bagian ujung dari rantai peptida mempunyai gugus NH2 bebas,
biasanya dinamakan terminal amino, sedang ujung yang lainnya mempunyai gugus
karboksilat bebas biasannya dinamakan terminal karboksilat.
Peptida dengan panjang yang
bermacam-macam terbentuk oleh hidrolisa sebagian dari rantai polipeptida yang
panjang dari protein, yang dapat mengandung ratusan asam amino. Peptida yang
dibentuk dari hidrolisa sebagian protein terdapat dalam ragam yang amat luas.
Peptida hanya mengandung satu gugus α-amino bebas dan satu gugus α-karboksil
bebas pada residu terminalnya.
Gugus ini berionisasi seperti halnya
pada asam amino sederhana(bebas). Semua gugus α-amino bebas dan gugus
α-karboksil lain dari kandungan asam amino pada protein bergabung secara
kovalen dalam bentuk ikatan peptida, yang tidak mengion, sehingga tidak
memberikan peranannya dalam tingkah laku asam basa peptida. Akan tetapi gugus R
pada beberapa asam amino dapat mengion. Jika asam amino tersebut terdapat pada
di dalam suatu peptida, gugus R ikut mempengaruhi sifat-sifat asam basa
peptida. Jadi tingkah laku asam basa peptida secara keseluruhan dapat di
tentukan dari α-amino dan gugus α-karboksil bebas pada ujung rantai, dan sifat
serta jumlah gugus R yang dapat mengion.
Ikatan
peptida dapat dihidrolisis dengan pemanasan pada suasana asam atau basa kuat
dan menghasilkan asam amino dalam bentuk bebas. Beberapa peptida terdapat dalam
bentuk bebas didalam sel dan jaringan, dan mempunyai fungsi biologis yang
spesifik. Contohnya hormon oksitosin yang terbentuk dari sembilan residu asam
amino yang merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh pituitary posterior yang
mernangsang kontraksi uterin dan beberapa racun jamur yang amat toksik seperti
amanitin, juga merupakan peptida.
BAB II
PEMBAHASAN
Peptida merupakan molekul
yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino.
Jika jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, namun jika
lebih dari 50 molekul disebut dengan protein.
Asam amino saling berikatan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida terjadi jika
atom
nitrogen
pada salah satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil
dari asam amino lain. Peptida terdapat pada setiap makhluk hidup dan berperan
pada beberapa aktivitas biokimia.
Peptida dapat berupa enzim,
hormon,
antibiotik,dan
reseptor.
Sintesis peptida dilakukan dengan menggabungkan gugus
karboksil salah satu asam amino dengan gugus amina
dari asam amino yang lain. Sintesis peptida dimulai dari C-terminus (gugus
karboksil) ke N-terminus (gugus amin), seperti yang terjadi secara alami pada
organisme. Namun, untuk mensintesis peptida, tidak semudah mencampurkan asam
amino begitu saja. Seperti contohnya: mencampurkan glutamine (E) dan serine
(S) dapat menghasilkan E-S, S-E, S-S, E-E, dan bahkan polipeptida
seperti E-S-S-E-E. Untuk menghindari asam amino berikatan tidak terkendali,
perlu dilakukan perlindungan dan kontrol terhadap ikatan peptida yang akan
terjadis sehingga ikatan yang terbentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Langkah-langkah sintesis peptida adalah sebagai berikut: asam amino
ditambahkan gugus proteksi. Kemudian asam amino yang diproteksi dilarutkan
dalam pelarut seperti dimetyhlformamide (DMF) yand digabungkan dengan coupling
reagents dipompa melalui kolom sintesis. Grup proteksi dihilangkan dari
asam amino melalui reaksi deproteksi. Kemudian pereaksi deproteksi dihilangkan
agar tercipta suasana penggabungan yang bersih. Coupling reagents, contohnya
N,N'-dicyclohexylcarbodiimide (DCCI), membantu pembentukan ikatan peptida.
Setelah reaksi coupling terbentuk, coupling reagents dicuci
untuk menciptakan suasana deproteksi yang bersih. Proses proteksi, deproteksi,
dan coupling ini terus dilakukan berulang-ulang hingga tercipta peptida yang
diinginkan.
Peptida dapat dikelompokkan menurut kemiripan
struktur dan fungsinya:
1. Peptida Ribosomal
Peptida ribosomal disintesis dari translasi mRNA. Peptida ini
berfungsi sebagai hormon dan molekul signal pada organisme tingkat tinggi.
2. Peptida non-Ribosomal
Peptida non-Ribosomal disintesis
dengan kompleks enzim. Peptida ini terdapat pada organisme uniselular,
tanaman,
dan fungi.
Pada peptida ini terdapat struktur inti yang kompleks
dan mengandung pengaturan yang berbeda-beda untuk melakukan manipulasi kimia untuk menghasilkan suatu
produk. Secara umum, peptida ini berbentuk
siklik, walaupun ada juga yang berbentuk linear.
3. Peptida Hasil Digesti (Digested peptides)
Peptida ini terbentuk dari hasil proteolisis
non-spesifik dalam siklus digesti. Peptida hasil
digesti secara umum merupakan peptida ribosomal, akan tetapi tidak dibentuk dari translasi mRNA. Peptida ini juga dapat
dibentuk dari protein yang didigesti dengan
protease
spesifik, seperti digesti trypsin yang sering dilakukan sebelum mass spectrometry peptide analysis.
BAB III
KESIMPULAN
§ Peptida
merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino
§ Sintesis
peptida dilakukan dengan menggabungkan gugus
karboksil salah satu asam amino dengan gugus amina
dari asam amino yang lain.